Sunday 21 July 2024

JIN DALAM BOTOL

Sunday 21 July 2024
Hari ini, saya masuk kelas 3 Syakirin. Murid-murid telah habis menjawab kertas ujian Jawi. Agar murid diam dalam kelas, aku menceritakan kepada mereka kisah-kisah. Kisah penceritaanku kali ini berfolus kepada kisah JIN DALAM BOTOL.
Al-Kisah, di zaman dahulu kala ada satu jin  ayng telah derhaka kepada Nabi Allah Sulaiman. Maka, dari kerana derhakanya itu, jin itupun dihukum dengan dikurung dalam botol. Lalu Botol itu pun dibuang ke dasar laut. Di sanalah jin itu dipenjara sehingga ke hari kiamat.

Namun, jin bersumpah. Kalau ada orang selamatkan dia dalam tempoh 1000 tahun, dia akan balas jasa orang itu jadikan orang terkaya....

Aku ceritakan kepada murid-murid kisah itu. Kisah itu sebenarnya aku baca daripada kitab "Hikayat Seribu Satu Malam". 

Inilah kisah selengkapnya. Aku ceritakan semula dengan sedikit modifikasi , rengkaskan dan gaya....

“Bertahun-tahun yang lalu hiduplah seorang nelayan tua dan lemah, yang memiliki seorang istri dan tiga orang anak. Mereka tersangat miskin sehingga ia kadang-kadang tidak makan sepanjang hari.

Setiap hari si nelayan pergi ke pantai pagi-pagi sekali. Ia memiliki sebuah kebiasaan unik saat mencari ikan, yaitu dia hanya akan menebarkan jalanya 4 kali saja setiap harinya.

Suatu hari sebelum bulan terbenam dia pergi ke tepi laut dan setelah menanggalkan pakaiannya ia menebarkan jalanya. Dia menunggu hingga airnya tidak lagi beriak, baru kemudian menarik kembali jalanya. Ternyata jala itu berat sekali, seperti ada ikan yang sangat besar terperangkap di dalamnya.

Dia mencuba menariknya dengan sekuat tenaga, namun tetap saja tidak berhasil. Nelayan itu mengikatkan ujung tali jalanya ke sebuah tiang di pinggir pantai, lalu dia menyelam sambil terus menarik jalanya. Alangkah kecewanya ia, ketika tiba di ujung jalanya, ternyata hanya sisa-sisa bangkai seekor keledai.

Begitu sedihnya ia sehingga mengeluh dalam hati:
“Wahai engkau yang merajai kegelapan malam dan kematian. Hindarkan aku dari rencana jahatmu, kerana Allah akan meredhai kerja kerasku!”
Dia melepaskan bangkai binatang itu dari jalanya dan kembali ke tepi pantai.

Ia harus memperbaiki dulu jalanya yang pecah di sana sini. Lalu dengan mengucap Bismillah, nelayan itu kembali menebarkan jalanya. Lagi-lagi jalanya terasa berat ketika ditarik. Bahkan lebih berat dari sebelumnya.

“Mungkin banyak ikan yang tertangkap,” pikirnya. Maka ia mengikatkan tali jalanya di tiang dan dia pun kembali menyelam. Tapi apa daya, ternyata jalanya hanya berisi keranjang yang sudah penuh dengan lumpur.

Ia kembali mengeluh:
“Duhai benar-benar buruk nasibku!
Wahai nasib buruk, pergilah! Atau setidaknya ringankanlah!
Bukankah aku tidak pernah meminta lebih?
Aku hanya mencari sedikit rezeki, tapi yang kudapati hanyalah rasa letih.

Tapi aku salah mengeluh padamu, kerana membuat orang menjadi sengsara adalah kesenanganmu.

Orang yang baik kau buat menderita sementara orang-orang jahat yang tidak memiliki kebaikan kau muliakan.”

Sedetik kemudian nelayan itu menyesali perkataannya dan sambil membersihkan jaringnya dia memohon ampun atas ketidaksabarannya. Masih dengan sedikit marah, nelayan itu menebarkan jalanya untuk ketiga kalinya namun yang didapatinya hanyalah setumpuk kulit kerang, batu dan lumpur. Bayangkan betapa sedih dan marahnya sang nelayan, karena hingga waktu Dzuhur tiba, belum satu pun ikan yang ia dapatkan.

Ia kemudian membersihkan badannya, berwudhu dan melaksanakan sholat Dzuhur. Kemudian ia menengadahkan wajahnya ke langit, berdoa: “Ya Allah, Engkau pasti tahu bahwa aku hanya menebarkan jalaku 4 kali setiap kelaut, dan kini hanya tinggal lemparanku yang terakhir.

Hamba berharap ya Alloh, berilah hamba pertolongan dari kebaikan lautmu, seperti Engkau telah memberikan kebaikan kepada nabi Musa AS. Bismillah!”

Selesai berdoa, Nelayan kembali melemparkan jalanya dan dengan penuh harap menanti hingga airnya tidak lagi beriak. Lagi-lagi jalanya terasa berat sehingga ia harus kembali meyelam untuk membebaskannya.

Tidak ada satu ekor ikan pun yang tertangkap oleh jalanya, namun ia menemukan sebuah botol tembaga berwarna keemasan tersangkut di dalamnya. Botol itu sepertinya penuh berisi sesuatu, karena terasa berat saat diangkat. Saat diteliti botol tersebut tertutup dan terkunci dengan seal yang rapat.

“Lumayanlah, kalau aku jual di toko tembaga, harganya bisa sampai 10 keping emas,” pikirnya. “Uangnya bisa aku pakai untuk membeli makanan.”

Dia mengangkat botol tersebut, ternyata berat sekali. “Pasti ada sesuatu di dalamnya,” pikir nelayan.

“Aku harus tahu isinya. Siapa tahu isinya barang berharga,” pikirnya lagi.

Dia mengambil pisau untuk merobek segelnya, kemudian membuka penyumbatnya. Digoncangnya botol tersebut untuk mengeluarkan isinya.

Tapi tidak ada apapun di dalamnya selain segulung asap berwarna kelabu. Asap itu naik ke udara dan lama-kelamaan membentuk sesosok Jin Ifrit yang tinggi besar. Demikian tingginya hingga kepalanya yang sebesar kubah hampir menyentuh awan.

Mengerikan sekali ia, tangannya seperti garpu raksasa, kakinya sebesar tiang kapal, bibirnya menyerupai gua besar, lubang hidungnya seperti terompet, matanya menyala seperti lampu dan rambutnya yang kelabu tampak kusut awut-awutan.

Terkejut dan takut, itulah yang dirasakan si nelayan. Lututnya hampir-hampir tak sanggup menyangga tubuhnya, giginya gemeletuk ketakutan dan ia hampir tidak bisa menelan air ludahnya yang tiba-tiba mengering.

Suara jin Ifrit terdengar menggelegar saat berkata pada si nelayan, “Tiada Tuhan selain Allah dan Sulaiman utusan Allah. Wahai nabi Allah janganlah kau membunuhku. Aku berjanji tidak akan menentang perkataanmu ataupun mengkhianatimu.”

“Oh, Jin” kata nelayan, “Nabi Sulaiman, raja terkaya sepanjang masa, telah meninggal delapan ribu tahun yang lalu dan kini adalah akhir zaman. Ceritakan padaku wahai jin, kenapa kau boleh terkurung di dalam botol ini?”

Jin menatap si nelayan dan berkata, “siapakah kamu yang berani memanggilku dengan sebutan Jin?”
“Lalu apakah aku harus memanggilmu setan yang baik?” tanya nelayan.

“Jaga bicaramu, sebelum aku membunuhmu!” seru Jin.
“A..apa? Kenapa kau ingin membunuhku? Bukankah aku sudah membebaskanmu dari dalam lautan dan melepaskanmu dari botol yang mengurungmu?” tanya nelayan ketakutan.

“Tentu saja aku ingat! Tapi aku tetap akan membunuhmu. Aku hanya akan memberimu satu kebaikan,” kata Jin.
“Apakah itu?” tanya nelayan.
“Kau boleh memilih dengan cara bagaimana kau ingin mati.” kata Jin.

“Tapi kenapa? Bagaimana boleh kau membalas kebaikanku dengan perbuatan jahat,” kata nelayan.

“Aku tidak boleh membalasmu dengan kebaikan,” katanya. “Kalau kau ingin tahu sebabnya, dengarlah kisahku!”

“Aku adalah jin yang menentang ajaran Sulaiman anak Daud. Lalu Sulaiman mengirim Asaf bin Barkhiya sang Wezir agung untuk menangkapku dan menghadapkanku kepada Sulaiman.

Dia menyuruhku untuk beriman kepada Allah dan mengakui kenabiannya, tapi aku menolak. Maka ia mengurungku ke dalam botol ini. Dan supaya aku tidak boleh meloloskan diri ia menyebut dengan nama Allah, lalu menyuruh beberapa orang jin untuk melemparkanku ke tengah lautan.

Begitulah aku terkurung di dalam botol ini selama seribu tahun. Saat itu aku bersumpah dalam hati, jika ada seseorang yang boleh membebaskanku dari botol ini maka aku akan membuatnya kaya seumur hidupnya.

Namun seribu tahun berlalu dan tak ada seorang pun yang datang membebaskanku.

Kemudian aku bersumpah akan menunjukkan semua harta karun yang ada di bumi kepada siapapun yang boleh membebaskanku, tapi empat ribu tahun berlalu dan tak ada yang datang.

Lalu aku bersumpah akan menjadikan siapapun penolongku, seorang raja yang berkuasa selamanya dan akan mengabulkan setiap harinya tiga permintaan, dan lihatlah! Tak ada seorang pun yang datang.

Hingga akhirnya aku marah dan bersumpah akan membunuh siapapun yang membebaskanku. Dan hanya akan mengabulkan satu permintaanya yaitu caranya ia mati. Dan kini kau datang membebaskanku, maka nelayan sekarang pilihlah cara mati seperti apa yang kau inginkan?,” kata Jin.

Mendengar cerita Ifrit tersebut si nelayan berkata, “Wahai Jin, dengan nama Allah maafkanlah aku yang telah membebaskanmu di waktu yang salah dan tolong jangan bunuh aku.”

“Tidak boleh! Aku pasti akan membunuhmu, itulah sumpahku! Sekarang cepat pilih dengan cara apa aku membunuhmu!” bentak jin.

“Oh betapa sialnya aku yang telah menolong makhluk yang tidak tahu berterima kasih. Maafkan aku maka Allah akan memaafkanmu. Tapi jika kau berbuat jahat padaku, maka Alloh pasti akan membalasnya dengan azab-Nya.” ratap nelayan.

“Hei nelayan, kematianmu adalah hal yang pasti, kerana itu adalah sumpahku! Dan aku tidak pernah melanggar sumpah yang kuucapkan!” kata Jin.

Nelayan itu menyedari bahawa keputusan jin ifrit sudah tidak boleh diubah lagi. Ia sedih teringat anak-anaknya dan nasib mereka jika ia mati. Namun di saat itu tiba-tiba muncul sebuah akal.

“Wahai Jin, kematianku sudah di depan mata, dan aku menerimanya sebagai takdirku. Tapi sebelum aku memilih caraku mati, atas nama Allah yang namanya tercetak di atas permukaan yang mengunci botol ini, maukah kau menjawab dengan jujur satu pertanyaanku?” tanya nelayan.

Mendengar nama Allah, tubuh Jin itu gemetar ketakutan. “Baiklah, aku bersumpah atas nama Allah akan menjawab dengan jujur pertanyaanmu.”
“Benarkah kau pernah terkurung di dalam botol ini?” tanya nelayan.
“Ya, betul!” jawab Jin.

“Sebenarnya aku tidak percaya dengan ceritamu. Botol ini bahkan tidak boleh memuat kakimu yang besar, bagaimana mungkin ia boleh memuat seluruh tubuhmu,” kata nelayan.
“Kamu tidak percaya ceritaku?” tanya jin dengan marah.
“Aku tidak percaya sampai aku melihatnya sendiri,” tantang nelayan.
“Baiklah akan kubuktikan padamu!” seru Jin.

Sedikit demi sedikit tubuh jin Ifrit berubah menjadi asap dan masuk kembali ke dalam botol.
“Nah nelayan, sekarang kau percaya dengan ceritaku?” teriak Jin dari dalam botol.

Namun si nelayan dengan cepat menutupnya dan berkata, “Hei Ifrit, sekarang giliranmu untuk memilih cara mati yang kau inginkan! Tapi tidak! Lebih baik aku melemparkanmu kembali ke tengah laut!

Aku akan membangun rumah di sini dan selama sisa hidupku aku akan mencegah siapapun yang ingin mencari ikan di sini. Akan kukatakan bahwa disini ada jin jahat yang akan membunuh siapapun yang membebaskannya dari dalam botol.”

Mendengar perkataan si nelayan, jin Ifrit menangis dan memohon agar si nelayan membebaskannya.

“Bukankah sudah kubilang padamu jin, jika kau menyelamatkanku maka Allah akan menyelamatkanmu. Tapi kau tidak mau. Maka inilah balasannya!” kata nelayan.
“Tolong bebaskan aku,” ratap jin.

“Kamu pembohong! Aku dan kamu seperti Wezirnya raja Yunan dengan guru Duban!” kata nelayan.


Raja Yunun telah termakan hasutan wazirnya untuk membunuh Tabib Duban. Biarpun berkali-kali Tabib Duban merayu agar jangan dibunuh, Raja Yunan tidak mengendahkan.

"Demikianlah halnya seperti aku merayumu tadi wahai jin Arit!" kata nelayan .

Raja Yunan itu akhirnya membunuh Tabib Duban dan Tabib Duban itu, sebelum matinya telah membuat helah. Sebuah kitab lama diberikan kepada Raja Yunan. Dalam lembaran kitab itu diletakkan racun. Raja Yunan membuka lembaran buku itu sambil membasakan jarinya dengan lidahnya. Rupanya di situ dia menjilat racun dan mati.

Nelayan menginatkan jin pengajaran kisah raja Yunan dan Tabib Duban. Jin merayu untuk dibebaskan. Dia bersumpahkan akan berikan nelayan kekayaan. Nelayan pun tertarik dan setuju. Dia  bukan semua botol.

Jin keluar dan ambil botol  lalu dilemparkan ke laut. Nelayan takut jin mungkir. Jin tidka mungkir.

Dia bawa nelayan ke satu kolam. Disuruh lempar jala. Dapat ikan 4 ekor berwarna putih merah biru dan kuning.

Jin suruh bawa ikan jumpa raja dan raja akan berikan dia hadiah yang banyak

Nelayan boleh menjala sehari sekali sahaja di kolam itu. 

Jin menghilang dalam bumi.

Nelayan dapat hadianh 4000 keping emas dari raja. Raja sangat sukan . Ikan itu disuruhnya masak utk di makan.




 

0 comments:

Post a Comment

 
والقلم وما يسطرون. Design by Pocket